Emang yak, kadang ada saat di mana inspirasi macet total,
tapi kadang insight muncul seperti air hujan ditumpahkan dari langit.
Kata buku Piece of Mind,
inspirasi banyak datang saat kita berada di gelombang alpha.
Kebetulan belakangan ini saya sering hidup bersama si alpha
(bahasa mentereng: kontemplasi, bahasa jelata: ngelamun)
Jadi, harap maklum kalau tiba-tiba blog ini dibanjiri tulisan yang bernada sok filsuf.
Saya sedang heran dengan pemikiran manusia yang rumit.
Di psikologi, saya diajari bahwa tidak ada fakta objektif yang baik/buruk secara absolut.
Respon kita terhadap suatu hal ditentukan oleh PERSEPSI.
Pikiran manusia yang menentukan
apakah hal itu mengancam, biasa saja, menantang, atau menyenangkan.
Misalnya, saat ada orang yang menggosipkan kita.
Si A berpikir bahwa orang-orang itu membencinya karena dia salah berperilaku.
Namun, si B mungkin berpikir bahwa orang-orang itu sebenarnya iri pada kelebihannya.
Mereka bergosip untuk bersembunyi dari kelemahan mereka sendiri.
Kadang manusia suka membuat hal yang sederhana menjadi rumit.
Kenapa orang harus membeli air mineral bermerk?
Padahal ada air putih yang bisa direbus sendiri.
Kenapa orang merasa perlu membeli baju baru untuk menghadiri acara tahunan?
Padahal orang lain belum tentu ingat apa yang dikenakannya tahun lalu.
Kenapa orang yang berpacaran sering bertengkar karena hal-hal sepele
lalu berpisah karenanya?
Padahal ada orang-orang di luar sana yang mati-matian ingin punya pacar.
Ada pula yang sedang sekarat karena cintanya bertepuk sebelah tangan.
Sudah kewajiban manusia untuk menghargai rejeki yang didapatkannya.
Kalau sudah saling suka, kenapa tidak memperjuangkannya?
Kenapa membesar-besarkan hal yang negatif dan mengesampingkan yang positif?
Tapi menurut saya, manusia adalah conflict-seeking being.
Mereka berusaha menjadikan hidup mereka seperti drama.
Mereka tidak suka kehidupan yang datar-datar saja.
Oleh karena itu, mereka menciptakan masalah untuk melengkapi skenarionya.
Suatu hal yang sederhana bisa dianalisa lebih rumit dari teori kuantum.
Kejadian yang netral saja bisa dicari interpretasi terburuknya.
Ah... Sochti Hai Zyaada, Kam Voh Samajhti Hai
*Bollywood frame*
Subtitle : We think too much but understand too little.
Kata buku Piece of Mind,
inspirasi banyak datang saat kita berada di gelombang alpha.
Kebetulan belakangan ini saya sering hidup bersama si alpha
(bahasa mentereng: kontemplasi, bahasa jelata: ngelamun)
Jadi, harap maklum kalau tiba-tiba blog ini dibanjiri tulisan yang bernada sok filsuf.
Saya sedang heran dengan pemikiran manusia yang rumit.
Di psikologi, saya diajari bahwa tidak ada fakta objektif yang baik/buruk secara absolut.
Respon kita terhadap suatu hal ditentukan oleh PERSEPSI.
Pikiran manusia yang menentukan
apakah hal itu mengancam, biasa saja, menantang, atau menyenangkan.
Misalnya, saat ada orang yang menggosipkan kita.
Si A berpikir bahwa orang-orang itu membencinya karena dia salah berperilaku.
Namun, si B mungkin berpikir bahwa orang-orang itu sebenarnya iri pada kelebihannya.
Mereka bergosip untuk bersembunyi dari kelemahan mereka sendiri.
Kadang manusia suka membuat hal yang sederhana menjadi rumit.
Kenapa orang harus membeli air mineral bermerk?
Padahal ada air putih yang bisa direbus sendiri.
Kenapa orang merasa perlu membeli baju baru untuk menghadiri acara tahunan?
Padahal orang lain belum tentu ingat apa yang dikenakannya tahun lalu.
Kenapa orang yang berpacaran sering bertengkar karena hal-hal sepele
lalu berpisah karenanya?
Padahal ada orang-orang di luar sana yang mati-matian ingin punya pacar.
Ada pula yang sedang sekarat karena cintanya bertepuk sebelah tangan.
Sudah kewajiban manusia untuk menghargai rejeki yang didapatkannya.
Kalau sudah saling suka, kenapa tidak memperjuangkannya?
Kenapa membesar-besarkan hal yang negatif dan mengesampingkan yang positif?
Tapi menurut saya, manusia adalah conflict-seeking being.
Mereka berusaha menjadikan hidup mereka seperti drama.
Mereka tidak suka kehidupan yang datar-datar saja.
Oleh karena itu, mereka menciptakan masalah untuk melengkapi skenarionya.
Suatu hal yang sederhana bisa dianalisa lebih rumit dari teori kuantum.
Kejadian yang netral saja bisa dicari interpretasi terburuknya.
Ah... Sochti Hai Zyaada, Kam Voh Samajhti Hai
*Bollywood frame*
Subtitle : We think too much but understand too little.