Mulih ke Klaten

Akhirnya mudik juga. Aku mulai ngekos 3 minggu yang lalu, dan sejak itu belum pernah pulang. U have no idea how hard it felt.
Ajaib juga… Setelah dari Jogja, semua yang ada di kampung halaman terasa indah. Aku jadi nikmatin banget acara kumpul-kumpul mudika. Apalagi ada badut di sana. Namanya Mas Joko. Tapi dia lebih suka dipanggil Mas Jack atau Robert (lhoh?)

Ceritanya nih, minggu lalu – pas aku masih terjebak di Jogja, hiks hiks – dia bawa cewek ke acara Mudika Cup. Ternyata, cewek itu nggak bisa bahasa Jawa. Padahal Mas Joko itu tipe cowok Jawa tulen lah. U know, tipe orang yang pake bahasa Indonesia hanya dalam keadaan kepepet. Jadilah, minggu ini dia jadi bahan celaan temen-temen mudika, terutama soal kesulitannya menemukan diksi-diksi bahasa Indonesia.
Contohnya ya (harap dibaca dengan aksen Jakarta yang dibuat-buat, huruf ‘a’ dibaca seperti dalam kata ‘sarapan’):
* Itu, klasanya diusung-usung!
* Kamu ke Jakarta berapa dina?
* Kamu itu dah saya penging kan?
* Bentar, saya mbenakin klambi dulu.
* Kalau mau ke sini, adus dulu ya. Nanti kamu mambu lho.
* Berani botohan berapa?
* Lurus… Trus nanti kamu mengiwa.

Oya, mohon maaf pada pembaca non-Jawa. Maybe u don’t understand how ridiculous those lines are.
Pokoknya, Mas Joko itu gak wangun kalau ngomong Indonesia. Tapi kok ya ndilalah dapet cewek yang gak bisa bahasa Jawa. Ya kita ndonga saja supaya komunikasi mereka tetap lancar.
Mohon pangestu juga buat saya dan Utin supaya lancar kuliahnya. ^_^v