Saya pergi ke RSGM bersama kareshi karena dia mengeluhkan giginya ngilu kalau kedinginan. Permasalahan saya juga sama sih. Jadi kami sepakat mau check up, sekalian saya mau scaling sesuai anjuran PDGI. Hehe. Mendengar rencana saya untuk scaling, kareshi yang belum pernah berhadapan dengan dokter gigi jadi banyak tanya ke saya soal prosedurnya. Padahal saya baru satu kali scaling, itupun 3 tahun lalu ketika gusi saya sedang meradang. Jadi yang berhasil saya ingat hanya darah yang mengucur deras sampai njonja besar pening lihatnya. Joesonghamnida emmeoni... (^_^)v
Karena tidak mau memberikan misleading information dan membuat kareshi fobia dengan dokter gigi, saya coba googling soal scaling. Sayangnya tidak ada artikel yang berhasil memuaskan rasa penasaran saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengalaminya sendiri kemudian menuliskan pengalaman saya supaya bisa menjadi referensi bagi yang memerlukan.
*kayak nulis manfaat penelitian di skripsi*
Um, sebenernya tujuan utamanya biar saya nggak lupa sih. Lagipula saya sudah membuat resolusi tengah tahun untuk lebih banyak mencatat. Hehe.
Alkisah...
Saya dan kareshi, yang baru pertama kali memasuki kawasan FKG, awalnya bingung mencari jalan masuk ke RSGM. Abisnya blusukan gitu sih. Untungnya tanda panah yang disediakan cukup membantu kami dalam mencari jejak. Begitu masuk RSGM, kita bisa segera menemukan tempat pendaftaran dan ruang tunggu. Pertama-tama, kita harus mendaftarkan diri terlebih dahulu. Pasien yang baru pertama kali ke RSGM diminta untuk mengisi form pendaftaran dan kartu periksa untuk rekam medis. Kartu periksa itu harus dibawa setiap kali periksa/berobat di RSGM dr. Soedomo.
Di form pendaftaran, kita akan ditanya tentang keperluan kita di sana. Sebaiknya tuliskan juga siapa yang kita inginkan untuk menangani keluhan, apakah dokter atau co-ass. Untuk persoalan ringan seperti periksa, scaling, tambal gigi, pasang braces, dan cabut gigi yang sederhana bisa ditangani oleh co-ass kok.
Setelah mengisi form, kita perlu menunggu data kita di-input terlebih dahulu. Jika sudah selesai, nama kita akan dipanggil, lalu resepsionis akan memberikan kartu periksa dan memberitahu ruangan tempat kita akan diperiksa. Kemarin sih saya langsung dijemput oleh teman saya dan dibawa ke lantai 4, kayaknya khusus buat tempat praktik co-ass.
Setelah mengisi form, kita perlu menunggu data kita di-input terlebih dahulu. Jika sudah selesai, nama kita akan dipanggil, lalu resepsionis akan memberikan kartu periksa dan memberitahu ruangan tempat kita akan diperiksa. Kemarin sih saya langsung dijemput oleh teman saya dan dibawa ke lantai 4, kayaknya khusus buat tempat praktik co-ass.
Kareshi ditangani lebih dulu karena dia cuman mau periksa. Hindoon baik deh, dia gak ambil charge buat check up. Kalo di drg langganan tuan besar mah ngintip gigi aja 20 rebu. Maknyaak... buat mahasiswa mah duit segitu bisa untuk survival 2 hari.
Setelah kareshi selesai diperiksa, giliran saya scaling. Pertama-tama, semua alat disterilkan, kemudian saya disuruh (bukan diminta lho ya, DISURUH) duduk -- atau lebih tepatnya 'berbaring' -- di electric chair kebanggaan dokter gigi ituh. Hahaha... sori lho saya gak tau istilahnya. Tapi itu bukan kursi buat nyetrum pasien kok, malah berasa mau dikeramasin di salon.
*aroma udik mulai menyeruak*
Nah, kayak gini nih penampakan dental chair |
Bagi yang takut ama jarum suntik, gak perlu khawatir. Scaling tidak melibatkan penusukan dalam bentuk apapun kok... hanya perlu kaca mulut yang berfungsi ganda sebagai pengatur tata letak lidah, lalu ada juga bor (mau nyebut cukil/cuthik gak sampai hati) buat menghancurkan dan mencongkel karang gigi, sama alat untuk menyedot air... uhm, supaya nggak sampai luber lah ya ilernya. Haha. Maklum deh... alat penghancur karangnya tuh mengeluarkan air selama bekerja -- mungkin untuk meredam panas -- jadi mulut kita akan cepat penuh dengan air dan sangat tidak efisien kalo sedikit-sedikit bangun untuk kumur. Alat penyedot air ini seharusnya dioperasikan oleh asisten/perawat tapi berhubung gak ada, akhirnya saya deh yang kebagian tugas nyedotin isi mulut saya sendiri. (-_-)a
Sebelum di-scaling oleh Hindoon, ada dokter gigi yang memeriksa saya terlebih dahulu. Kemungkinan beliau adalah supervisor para co-ass. Menurut beliau sih gigi saya bersih, Hindoon juga heran apa yang mau di-scaling. Etapitapi... membersihkan karang gigi secara teratur kan bisa mengurangi resiko terkena serangan jantung dan stroke.
Sambil scaling, Hindoon banyak cerita dan ngasih saran. Saya jadi tahu kalau gigi saya mengalami erosi karena sering lebay sikat gigi. Selain itu, karena semangat yang berlebihan dalam menggosok gigi, gusi saya jadi ketarik sehingga dentin gigi saya terbuka. Itulah kenapa saya sering ngerasa ngilu kalo makan dan minum yang dingin-dingin. Solusinya, gosok gigi dengan sikat berbulu lembut, pelan-pelan tapi telaten. Gak usah pake kekerasan kalo memerangi kuman. :)
Waktu saya tanya tentang pasta gigi yang paling direkomendasikan oleh para dokter, Hindoon menyebutkan salah satu merk, tapi kemudian menambahkan bahwa hampir semua pasta gigi sama, yang penting cara gosok giginya bener.
Waktu saya tanya tentang pasta gigi yang paling direkomendasikan oleh para dokter, Hindoon menyebutkan salah satu merk, tapi kemudian menambahkan bahwa hampir semua pasta gigi sama, yang penting cara gosok giginya bener.
Sambil ngobrol ngalor-ngidul, nggak terasa selesai juga proses scaling-nya. Terakhir Hindoon mengolesi gigi saya dengan sesuatu-yang-rasanya-kayak-pasir menggunakan sebuah alat yang di ujungnya terdapat semacam kuas yang bergerak sirkuler. Yah, mirip sikat gigi elektrik yang dulu sempat gencar diiklankan gitu. Prosedur terakhir ini katanya untuk menghaluskan gigi setelah scaling (maksudnya diamplas gitu yaa??).
Menemani saya scaling, Kareshi pun tertarik buat scaling juga. Hindoon jadi maraton bersihin gigi orang deh. Hehe. Saya lagi-lagi kebagian peran buat pegang alat penyedot air. Dari situ saya bisa mengamati jalannya scaling dengan mata kepala saya sendiri. Ternyata tiap kali alat scaling mengenai gusi maka gusi akan mengeluarkan darah. Saya tanya apakah tadi saya juga berdarah-darah kayak gitu, dia jawab, "Iya, tapi gak kerasa kan?"
Menemani saya scaling, Kareshi pun tertarik buat scaling juga. Hindoon jadi maraton bersihin gigi orang deh. Hehe. Saya lagi-lagi kebagian peran buat pegang alat penyedot air. Dari situ saya bisa mengamati jalannya scaling dengan mata kepala saya sendiri. Ternyata tiap kali alat scaling mengenai gusi maka gusi akan mengeluarkan darah. Saya tanya apakah tadi saya juga berdarah-darah kayak gitu, dia jawab, "Iya, tapi gak kerasa kan?"
Iya sih, you don't have to worry because there will be no feeling of pain. Kalo sampai ngerasa sakit, then it's something to do with your dentist's skill. Kita bisa protes kok kalo ngerasa ngilu atau panas. Memang scaling dan segala bentuk dental care itu sangat bergantung pada keterampilan dokternya. Saya juga sering berasumsi kalau kedokteran gigi itu lebih banyak porsi pertukangannya. Kekeke (^_^)v
Setelah semua prosedur scaling selesai, Hindoon menulis laporan (co-ass thing only) lalu "menggiring" kami ke bagian administrasi. Selain sebagai tempat penyerahan laporan, bagian administrasi juga berfungsi sebagai kasir. Tarif yang dikenakan untuk scaling adalah 50 ribu rupiah.
Makasih buat perawatan dan pesan-pesannya ya, Ndoon. Semoga sukses jadi dokter gigi dan tabah menghadapi aroma karang gigi. Itu termasuk occupational hazard lho.
Xb